Tragedi Buah Durian I
Kejadian ini bermula pada waktu survei hari Sabtu tanggal 8 Maret 2008 ke Kalirejo Tanggamus Lampung. Survei ini bertujuan untuk mencari lokasi praktek untuk mahasiswa S2 Manajemen Sumberdaya Alam dan Pengembangan Pedesaan yang sedang dalam proses pembentukan. Singkat cerita, pulang dari survei kami membeli Durian dan satu buah durian saya bawa pulang ke asrama/kosan. Setelah dipertimbangkan, saya terpaksa memakan buah durian sendiri saja, karena tidak mencukupi untuk penghuni kosan (+- 20 orang), saya khawatir akan terjadi pertumpahan darah nantinya.
Dengan tenang dan penuh kehati-hatian saya mulai membelah durian. Belah durian saya pikir tidak begitu susah seperti yang orang-orang bicarakan. Dan tidak perlu menikah dulu untuk dapat membelah durian seperti kata orang-orang lagi. Apa orang-orang tadi itu salah? saya mudah sekali membelah durian tanpa menggunakan alat. Lanjut lagi ceritanya, setelah terbelah kemudian satu persatu, saya mulai melahap durian, ueenak sekali, terus saya makan tanpa menimbulkan suara. Tapi terdengar kegaduhan di luar kamar, "Bau duriaaann, siapa yang makan durian" teriakan anak-anak kosan yang histeris mencium bau durian. Di dalam kamar saya terus melanjutkan aktivitas memakan durian. Seperti habis melakukan kejahatan, saya mulai menghilangkan bukti dengan menyikat gigi sampai bersih, takut ada biji durian yang tertinggal. Dan saya semprotkan pewangi ruangan, kemudian saya keluar kamar dengan tenangnya.
Mohom maaf kepada teman-teman kosan pada waktu itu, dan saya sudah memperbaiki kesalahan itu dengan membeli 2 (dua) buah durian harga Rp 15.000 yang kita makan bersama-sama waktu saya pulang dari Survei II ke Way Kambas tanggal 13 Maret 2008 dengan tujuan yang sama dengan survei ke Kalirejo.
Pesan:
1. Belilah durian yang sudah matang dengan cara, langsung membeli dan minta penjual untuk langsung membelah durian (membuka sedikit buah duriannya) mereka lebih tahu mana durian yang matang
2. Hati-hati dalam makan durian karena dapat menimbulkan kematian kalau kulitnya juga dimakan
3. Jangan membuat penjual durian marah, karena bisa dilempar buah durian
Dengan tenang dan penuh kehati-hatian saya mulai membelah durian. Belah durian saya pikir tidak begitu susah seperti yang orang-orang bicarakan. Dan tidak perlu menikah dulu untuk dapat membelah durian seperti kata orang-orang lagi. Apa orang-orang tadi itu salah? saya mudah sekali membelah durian tanpa menggunakan alat. Lanjut lagi ceritanya, setelah terbelah kemudian satu persatu, saya mulai melahap durian, ueenak sekali, terus saya makan tanpa menimbulkan suara. Tapi terdengar kegaduhan di luar kamar, "Bau duriaaann, siapa yang makan durian" teriakan anak-anak kosan yang histeris mencium bau durian. Di dalam kamar saya terus melanjutkan aktivitas memakan durian. Seperti habis melakukan kejahatan, saya mulai menghilangkan bukti dengan menyikat gigi sampai bersih, takut ada biji durian yang tertinggal. Dan saya semprotkan pewangi ruangan, kemudian saya keluar kamar dengan tenangnya.
Mohom maaf kepada teman-teman kosan pada waktu itu, dan saya sudah memperbaiki kesalahan itu dengan membeli 2 (dua) buah durian harga Rp 15.000 yang kita makan bersama-sama waktu saya pulang dari Survei II ke Way Kambas tanggal 13 Maret 2008 dengan tujuan yang sama dengan survei ke Kalirejo.
Pesan:
1. Belilah durian yang sudah matang dengan cara, langsung membeli dan minta penjual untuk langsung membelah durian (membuka sedikit buah duriannya) mereka lebih tahu mana durian yang matang
2. Hati-hati dalam makan durian karena dapat menimbulkan kematian kalau kulitnya juga dimakan
3. Jangan membuat penjual durian marah, karena bisa dilempar buah durian
(Sumber gambar: http://www.roadjunky.com/culture/durian.jpg )
0 comments:
:f :D :) ;;) :x :$ x( :?
:@ :~ :| :)) :( :s :(( :o
Post a Comment